Tugas 1 Tuton UT Universitas Terbuka EKMA4370 Kewirausahaan
DENPASAR 2020
TUGAS.1
Kewirausahaan 09
EKMA4370
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
TUGAS TUTON
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1
MASA REGISTRASI 2020.2
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK :EKMA4370/Kewirausahaan
Tugas : 1
TIU :Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan karakteristik entrepreneur di Era milenial dan memberi contoh kasus.
2. Menjelaskan pengelompokan gaya entrepreneur dan memberi contoh kasus serta mengaitkan dengan teori.
3. Menggambarkan dan menjelaskan model motivasi entrepreneur.
No
|
Soal
|
Skor
|
1.
|
Entrepreneur menggerakan roda perekonomian, terlebih
dalam kondisi pandemic seperti saat ini. Menurut Anda bagaimana karakteristik
entrepreneur di Era milenial? Berikan contoh kasusnya.
|
35
|
2.
|
Dalam menghadapi suatu risiko, gaya seorang entrepreneur
bisa berlainan.
Apa yang Anda ketahui mengenai pengelompokan gaya
entrepreneur? Berikan contohnya dan kaitkan dengan teori.
|
35
|
3.
|
Model motivasi antar entrepreneur bisa berbeda-beda.
Gambarkan dan jelaskan model motivasi entrepreneur.
|
30
|
Skor Total
|
100
|
*) coret yang tidak perlu
Jawaban.
1. Entrepreneur menggerakan roda perekonomian,
terlebih dalam kondisi pandemik seperti saat ini. Menurut Anda bagaimana
karakteristik entrepreneur di Era milenial? Berikan contoh kasusnya.
Ambarwati, Indra Sumarna Sobari (2020). Dalam Jurnalnya yang berjudul Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2, No. 2, Januari 2020, pp. 140 – 144, menulis beberapa karakteristik Enterpreneur millenial yang sukses diantaranya:
1. Kreatifitas adalah akar yang mendorong perkembangan produk atau jasa baru atau cara melakukan bisnis. Kreatifitas adalah dorongan untuk inovasi dan kemajuan. Kreatifitas adalah pembelajaran, pertanyaan, dan pemikiran diluar kebiasaan yang terus berjalan.
2. Dedikasi adalah yang memotivasi entrepreneur untuk bekerja keras, 12 jam/hari atau lebih, bahkan 7 hari seminggu, terutama di permulaan, agar kerja kerasnya mendapatkan hasil. Perencanaan dan ide harus diikuti dengan kerja keras untuk sukses. Dedikasi lah yang membuat semua itu terwujud.
3. Determinasi adalah keinginan yang sangat kuat untuk mencapai kesuksesan. Didalamnya meliputi kegigihan dan kemampuan untuk bangkit kembali dari waktu-waktu sulit. Determinasi dapat digambarkan seperti membuat panggilan ke-10, setelah 9 kali panggilannya tak terpenuhi dan tidak menghasilkan apapun. Bagi para entrepreneur sejati, uang bukanlah motivasi utama. Sukses adalah motivator, uang adalah penghargaannya.
4. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk bergerak cepat dalam merespon perubahan kebutuhan pasar. Misal, disaat ada seorang entrepreneur yang baru saja membuka usaha pastry. Tapi pada saat itu yang sedang tren adalah kue brownies. Dari pada terjadinya kehilangan pelanggan, entrepreneur tersebut memodifikasi tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan pasar.
5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membuat aturan-aturan dan untuk menetapkan tujuan (goals). Kepemiminan adalah kapasitas untuk mengikuti danmelihat apakah aturannya diikuti dan tujuannya tercapai.
6. Gairah adalah yang membuat entrepreneur memulai dan terus melakukan keinginannya. Gairah memberikan entrepreneur kemampuan untuk meyakinkan oranglain untuk percaya pada visi nya. Gairah tidak dapat menjadi pengganti perencanaan, namun tetap akan membantu untuk tetap fokus dan membuat yang lainnya melihatrencana sang entrepreneur.
7. Kepercayaan diri datang melalui perencanaan, yang menurunkan kadar resiko yang tidak diinginkan. Kepercayaan diri juga datang dari keahlian. Kepercayaan dirimemberikan entrepreneur kemampuan untuk mendengarkan tanpa terpancing dan terintimidasi dengan mudah.
8. Cerdas terdiri dari akal sehat yang tergabung dengan pengetahuan atau pengalaman didalam bisnis yang berhubungan. Kecerdasan memberikan insting yang baik, di lain waktu, keahlian juga. Seseorang yang sukses menjaga modal, skill finansial, pekerjaan,edukasi, dan pengalaman hidup dapat dikategorikan sebagi seseorang yang cerdas.
Di Dalam BMP EKMA4370, hal.2.9-2.13 juga ditulis beberapa karakteristik entrepreneur yang paling sering muncul di era millenial. Walaupun belum lengkap, tetapi penjelasan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kewirausahaan.
1) Menepati Janji, Daya Tahan, Keteguhan Hati yang Kuat
Melebihi berbagai faktor lainnya, keteguhan hati yang kuat untuk berhasil membuat entrepreneur mampu mengatasi berbagai jenis hambatan maupun kegagalan. Keteguhan hati yang kuat disertai tekad yang kuat membuat entrepreneur mampu mengatasi kesulitan dan hambatan yang oleh kebanyakan orang dianggap tidak akan dapat diatasi
2) Dorongan untuk Berhasil
Entrepreneur biasanya memacu dirinya sendiri dan memiliki dorongan internal yang kuat untuk bersaing, melampaui standar yang ia buat sendiri, dan berusaha mencapai sasaran yang menantang. Karena itu, keputusan yang dianggap mengandung risiko yang tinggi oleh orang biasa sering kali dianggap sebagai keputusan dengan risiko yang moderat oleh entrepreneur yang memiliki dorongan kuat untuk berhasil.
3) Berorientasi pada Peluang
Mereka memulai usaha dari peluang dan pemahaman mereka terhadap peluang selalu menjadi acuan dalam menyelesaikan berbagai jenis permasalahan. Dalam berbagai tindakan, para entrepreneur ini selalu mengacu pada tujuan untuk memanfaatkan peluang. Biasanya mereka menetapkan sasaran yang cenderung tinggi tetapi masih memungkinkan untuk dicapai, sehingga bisa menghemat energi, mampu menyeleksi peluang dengan cermat, dan paham kapan harus mengatakan tidak.
4) Berinisiatif dan Bertanggung Jawab
Mereka bersedia menjadi penanggung jawab keberhasilan ataupun kegagalan suatu kegiatan. Mereka juga merupakan pengambil inisiatif dalam pemecahan masalah atau dalam mengisi kekosongan kepemimpinan. Mereka menyukai situasi di mana dampak dari kehadiran ataupun keikutsertaan mereka bisa terlihat dengan jelas. Ini dianggap merupakan ekspresi dari fitrah entrepreneur yang cenderung bertindak.
5) Memiliki Ketekunan dalam Pemecahan Masalah
Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi, optimis, sehingga menganggap kondisi yang sulit akan segera berlalu. Jika permasalahan yang menghambat terlalu mudah ataupun mustahil bisa diselesaikan, sering kali entrepreneur yang lebih dulu menyerah. Permasalahan yang terlalu mudah mereka anggap membosankan, sedang permasalahan yang mustahil bisa diselesaikan mereka anggap sebagai penghamburan waktu.
6) Mencoba Memperoleh Umpan balik
Para entrepreneur secara aktif mencari dan memanfaatkan umpan balik. Umpan balik ini juga merupakan acuan utama yang mereka gunakan dalam belajar, baik dari kegagalan maupun dari kemunduran.
7) Kebebasan Mengatur Diri Sendiri (Internal Locus of Control)
Mereka lebih percaya bahwa kemajuan ataupun kemunduran ada di bawah kendali dan pengaruh diri sendiri. Karena itu mereka bisa mempengaruhi hasil dari kegiatan yang mereka jalankan. Ciri ini selaras dengan perlunya dorongan yang kuat untuk berhasil, keinginan bertanggung jawab, dan rasa percaya diri yang umumnya dimiliki oleh para entrepreneur.’
8) Mampu Menerima Situasi Mendua
Entrepreneur yang baru mulai membuka usaha harus terus-menerus berhadapan dengan ketidakpastian, sehingga harus menghadapi situasi mendua serta stres dalam setiap langkah dari usaha yang mereka jalankan. Kegagalan dan berbagai kejutan sering mereka hadapi dan juga berbagai ketidaksempurnaan lainnya dalam organisasi yang mereka kembangkan. Entrepreneur yang berhasil tumbuh dan menikmati situasi mendua tersebut. Rasa aman dalam pekerjaan ataupun pensiun bukanlah situasi yang mereka inginkan.
9) Bersedia Menanggung Risiko yang Terhitung
Entrepreneur yang sukses bukan ‘penjudi’. Dalam menjalankan usaha, mereka melakukan perhitungan dan berpikir dengan matang. Mereka berusaha sebisa mungkin mencapai sukses yang lebih besar dan berusaha menghindari risiko yang tidak diperlukan. Kadang-kadang para entrepreneur ini berusaha mengajak orang lain terlibat agar risiko finansial menjadi berkurang, misalnya dengan membujuk para pemasok agar mau menyediakan bahan baku dengan pembayaran kemudian, atau meminta pemesan menyediakan uang muka.
10) Memiliki Integritas dan Bisa Dipercaya
Entrepreneur biasanya memiliki integritas dan bisa dipercaya sehingga mampu membuat entrepreneur, mengembangkan hubungan usaha yang mampu bertahan lama. Beberapa pihak seperti pemberi pinjaman, mitra kerja, konsumen, sangat menghargai kualitas hubungan seperti ini. Faktor integritas bisa dipercaya membuat hubungan usaha mampu bertahan, sehingga dua karakteristik ini penting untuk keberhasilan usaha.
11) Tidak Takut Terhadap Kegagalan
Entrepreneur memanfaatkan kegagalan untuk belajar. Proses mencobacoba (trial and error) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan menuju keberhasilan. Entrepreneur yang efektif biasanya menanggapi kegagalan secara realistis. Mereka tidak kecil hati atau tertekan menghadapi kemunduran atau kegagalan, malah dalam situasi sulit seperti itu mereka mencoba mencari peluang. Banyak entrepreneur berpendapat bahwa mereka belajar lebih banyak dari kegagalan dibanding dari keberhasilan.
12) Penuh Energi
Beban kerja yang besar dan tekanan pekerjaan yang tinggi menuntut entrepreneur untuk mengutamakan energi. Banyak entrepreneur yang secara cermat mengatur makanan dan minuman yang dikonsumsi, agar mampu menghadapi beban kerja yang berat. Mereka berolahraga secara teratur dan paham waktunya untuk beristirahat.
13) Kreatif dan Inovatif
Kreativitas pada mulanya sering dianggap sebagai bakat yang diwariskan. Tetapi, sekarang ini mulai muncul pandangan baru bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang bisa dipelajari. Usaha baru sering kali memiliki kreativitas kolektif yang muncul sebagai hasil usaha bersama pemilik dan karyawan, sehingga kreativitas kolektif itu mampu menghasilkan produk dan jasa yang unik.
14) Memiliki Impian (Vision)
Entrepreneur sadar ke arah mana tujuan mereka. Mereka memiliki gambaran atau pemikiran mengenai masa depan usaha yang mereka jalankan. Sebagai contoh, Steve Job - pendiri Apple Computer, menginginkan agar perusahaannya bisa menyediakan komputer kecil yang bisa digunakan semua orang, mulai anak sekolah hingga pengusaha. Komputer ini bukan hanya berfungsi sebagai mesin penghitung, namun juga merupakan bagian dari kehidupan seseorang dalam belajar maupun berkomunikasi. Memiliki gambaran atau konsep seperti ini membuat Apple menjadi salah satu pemain utama dalam industri komputer mikro. Tidak semua entrepreneur memiliki konsep sejak awal usahanya berdiri. Beberapa entrepreneur mengembangkan konsep usahanya sambil menjalankan usahanya menjadi besar.
15) Percaya Diri dan Optimis
Walaupun harus menghadapi banyak hambatan, rasa percaya diri para entrepreneur tidak menjadi luntur. Pada masa sulit mereka tetap mempertahankan rasa percaya diri dan menunjukkan keteguhan tersebut kepada orang di sekeliling mereka. Hal ini membuat orang di sekitar mereka tetap optimis, dan mampu menjaga tingkat rasa percaya diri agar tetap memadai untuk menjadi kelompok kerja yang handal.
16) Independen
Keinginan untuk independen merupakan kekuatan di belakang entrepreneur masa kini. Mereka tidak suka terhadap sistem birokrasi, dan mempunyai keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, disertai dengan kepribadian yang independen dan selalu mencoba menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri. Entrepreneur tidak selalu menetapkan seluruh keputusan sendiri, mereka sering kali hanya memegang kewenangan untuk menetapkan keputusan-keputusan yang paling penting.
17) Membangun Kelompok Kerja yang Handal (Team Building)
Keinginan untuk menjadi independen dan otonom tidak mengurangi minat entrepreneur untuk mengembangkan kelompok kerja yang handal. Entrepreneur yang sukses biasanya memiliki kelompok kerja yang handal dengan motivasi yang tinggi. Kelompok ini mendukung perkembangan usaha yang dijalankan. Kenyataan menunjukkan bahwa walaupun arah pengembangan perusahaan lebih dipahami oleh sang entrepreneur, tetapi sering kali anggota kelompok kerja lebih mahir menangani pekerjaan dan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
2. Dalam menghadapi suatu risiko, gaya seorang entrepreneur bisa berlainan. Apa yang Anda ketahui mengenai pengelompokan gaya entrepreneur? Berikan contohnya dan kaitkan dengan teori.
Seseorang memulai usaha akan menghadapi risiko. Makin besar keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari usaha yang dijalankan, makin tinggi juga biasanya risiko yang harus dihadapi. Hal ini yang menyebabkan para entrepreneur cenderung menghitung risiko dengan cara berhati-hati. Thomas Monroy dan Robert Folger mengembangkan pengelompokan gaya entrepreneur. Seperti gambar di bawah ini :
Tipologi Gaya Entrepreneur
Gambar di atas mengelompokkan entrepreneur dalam dua hal yaitu :
a) risiko finansial yang dihadapi entrepreneur dalam mengembangkan usaha baru, dan
b) besarnya harapan untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan (profit motive). Kegiatan mencari keuntungan (profit seeking) diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk memaksimumkan keuntungan, sedangkan activity seeking menjelaskan berbagai corak kegiatan yang diinginkan karena sesuai dengan sifat para entrepreneur, misalnya kebebasan dalam melaksanakan kerja. Ada berbagai macam profil orang yang berhasil memunculkan inovasi dan memulai usaha. Mereka memang berbeda dari orang kebanyakan, misalnya dalam hal kesediaan mereka menghadapi risiko, kemampuan bertahan dalam situasi mendua yang tidak jelas.
Contoh Kasus seorang entrepreneur Bob Sadino:
Kita semua pasti mengenal tokoh entrepreneur yang ini. Sosoknya yang nyentrik dan selalu berpenampilan sederhana sebagai seorang pebisnis terkenal. Ia adalah pendiri dan pemilik tunggal supermarket terkenal dan usaha perladangan sayur hidroponik.Tidak semua orang mengetahui bahwa ia adalah seorang entrepreneur yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Lalu bagaimana ia dapat menjadi seorang entrepreneur yang sukses? pada awalnya ia mengerjakan apa saja untuk mendapat penghasilan, mulai dari supir taksi hingga kuli bangunan. Namun, berkat hobi dan kerja kerasnya dan tanpa mengenal putus asa, ia mengembangkan usaha peternakan ayam yang dirintis bersama keluarganya, hingga akhirnya usaha terebut berkembang menjadi pabrik pengolahan daging. Bob Sadino memiliki kiat untuk selalu berusaha berdasarkan pada fantasi dirinya.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Baginya uang bukan yang nomor satu, yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Menurut pendapatnya, kelemahan banyak orang yaitu terlalu banyak berpikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Menurutnya yang paling penting adalah tindakan. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Dan Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya.
Apa yang dapat kita ambil hikmahnya dari cerita diatas? yaitu bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur atau wirausaha tidak hanya dibutuhkan ilmu-ilmu teoritis saja, tetapi juga kemampuan untuk bertindak secara luwes, dalam menghadapi pelanggan dan mau menndengarkan saran dan keluhan mereka, serta tidak merasa cepat berpuas diri atas apa yang telah diperoleh.
Entrepreneur menghadapi berbagai jenis risiko, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Risiko Finansial
Hampir dalam semua perintisan usaha baru, terdapat seseorang yang mempertaruhkan uangnya, yang mungkin saja akan hilang lenyap sepenuhnya apabila usaha baru tersebut gagal. Entrepreneur sering kali dituntut untuk mempertaruhkan kewajiban perusahaan, yang sebenarnya jauh lebih besar daripada seluruh harta pribadinya, sehingga sebenarnya para entrepreneur berpeluang menjadi seseorang yang pailit. Karena itu wajar apabila banyak orang yang tidak bersedia menjadi entrepreneur karena tidak rela mempertaruhkan harta simpanannya, rumah tinggal, serta uangnya untuk memulai sebuah usaha baru.
contoh, Ketika seorang wirausaha membuka usaha yang sebagian besar pemasukannya berasal dari sejumlah klien besar yang melakukan proses pembayaran produk perusahaan dengan sistem kredit dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam kasus tersebut, usaha sang wirausaha tentu akan memiliki risiko finansial yang cukup signifikan. Jika beberapa pelanggan tersebut tidak dapat membayar kredit yang harus dibayar dalam jangka waktu yang lama atau tidak melunasi kredit yang dibayarkan maka bisnis sang wirausaha sedang dalam masalah finansial.
2. Risiko Karier
Calon entrepreneur sering kali mempertanyakan apakah mereka akan dapat mencari pekerjaan baru atau kembali ke pekerjaan mereka semula apabila usaha mereka ternyata gagal. Hal ini yang sering kali menjadi pertimbangan dan hambatan bagi karyawan yang memiliki pekerjaan yang aman dan bergaji tinggi, untuk menjadi Entrepreneur.
Contoh : Seorang manajer pemasaran yang resign dari pekerjaan dan meninggalkan gajinya yang besar demi untuk merintis sebuah usaha bisnis kuliner.
3. Risiko Keluarga dan Sosial
Memulai usaha baru sangat menguras waktu dan energi yang dimiliki oleh seorang entrepreneur, sehingga sering mengganggu kewajibannya yang lain. Entrepreneur yang sudah berkeluarga kadang-kadang terpaksa mengabaikan keluarganya sehingga bisa menimbulkan ‘cacat emosional’ yang permanen. Selain itu pertemanan mereka juga sering terganggu karena entrepreneur selalu disibukkan oleh pekerjaannya.
4. Risiko Kejiwaan
Boleh jadi, risiko paling besar bagi entrepreneur adalah dalam aspek kejiwaan. Uang bisa diganti, rumah baru bisa dibangun, keluarga dan temanteman mungkin bisa memaklumi kesibukan seorang entrepreneur. Tetapi, dampak psikologis entrepreneur yang pernah gagal sering kali tidak bisa segera disembuhkan, dan akhirnya kebanyakan berakibat buruk.
5. Stress dan Entrepreneur
Kebanyakan entrepreneur menganggap alasan utama mengapa dia memulai usaha adalah factor kebebasan. Sering kali sasaran ini berhasil dicapai oleh seorang entrepreneur, namun dengan pengorbanan yang tidak kecil. Tidak jarang para entrepreneur tersebut mengidap sakit punggung, pencernaannya terganggu, mengalami insomnia dan juga sakit kepala. Agar mampu mencapai sasarannya, yaitu kebebasan, banyak entrepreneur terpaksa membiarkan stress yang dideritanya sehingga berakibat pada munculnya berbagai jenis penyakit.
6. Stress seorang Entrepreneur
Secara umum stress sering dianggap sebagai akibat dari kesenjangan antara harapan dan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi permintaan. Jika seseorang tidak mampu memenuhi tuntutan perannya maka terjadi stress. Seorang peneliti menunjukkan bagaimana tuntutan peran dan lingkungan kerja bisa memunculkan stress. Memulai dan menjalankan usaha menuntut risiko yang cukup tinggi.
Risiko bisa terjadi pada berbagai aspek seperti: finansial, karier, keluarga, dan sebagainya. Entrepreneur juga dituntut untuk selalu terlibat dalam kegiatan komunikasi, bergaul dengan berbagai pihak yang relevan seperti konsumen, pemasok, pemerintah, dan sebagainya yang juga sering membawa strees.
3. Model motivasi antar entrepreneur bisa berbeda-beda. Gambarkan dan jelaskan model motivasi entrepreneur.
Penelitian terhadap penciptaan usaha baru dan kesediaan untuk mempertahankan usaha tersebut sebenarnya berhubungan langsung dengan motivasi entrepreneur. Salah satu studi menunjukkan peran penting kepuasan terhadap kesediaan entrepreneur untuk bertahan di perusahaan. Faktor-faktor penentu kepuasan entrepreneur adalah Jenis sasaran, sikap, dan latar belakang. Penelitian sejenis mencoba memeriksa proses tumbuhnya motivasi yang dialami entrepreneur seperti yang disajikan pada Gambar di bawah ini :
Model Motivasi Entrepreneur
Keputusan untuk berkelakuan sebagai entrepreneur merupakan hasil interaksi berbagai faktor. Salah satu kumpulan faktor yang terlibat adalah menyangkut karakteristik pribadi individu, lingkungan pribadi dan lingkungan usaha yang relevan, sasaran pribadi, dan adanya gagasan yang memang layak dikembangkan. Seorang calon entrepreneur akan membandingkan perkiraan hasil yang akan diperoleh dengan harapan pribadinya. Selanjutnya dia akan mencoba melihat hubungan antara perilaku sebagai entrepreneur yang akan dijalankannya dengan hasil yang diharapkan. Seperti terlihat pada model di atas, harapan entrepreneur akan dibandingkan dengan hasil aktual yang diperoleh perusahaan. Perilaku entrepreneur di masa depan bergantung pada hasil pembandingan ini. Apabila hasil yang diperoleh mampu menyamai atau melebihi harapan, maka perilaku entrepreneur akan terdorong untuk menjadi kuat, dan ia akan termotivasi untuk tetap berperilaku sebagai entrepreneur, baik melalui usahanya yang sedang berjalan ataupun melalui usaha baru, tergantung sasaran yang ia inginkan. Apabila hasil yang diperoleh gagal memenuhi harapannya, motivasi entrepreneur akan berkurang, menurun, dan bisa mempengaruhi terhadap minatnya untuk tetap berkelakuan sebagai entrepreneur. Persepsi semacam ini juga akan berpengaruh terhadap corak strategi dan implementasinya dan juga corak manajemen atau pengelolaan perusahaan.
Sekian dan terima kasih.
Sumber :
LUBIS, S.B Hari. (2015). EKMA4370. Materi pokok kewirausahaan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Ambarwati, Indra Sumarna Sobari (2020). Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2, No. 2, Januari 2020, pp. 140 – 144
http://web-suplemen.ut.ac.id/ekma4111/ekma4111a/kegagalan_wirausahawan.htm
No comments:
Post a Comment